Brimob Danki mengaku memberi perintah untuk menembakkan gas air mata ke Kanjuruhan
Surabaya, CNNI Indonesia —
Dua polisi dituduh melakukan tragedi rekomendasiDanki 1 (dulu Danki 3) Brimob Polda Jatim AKP Hasdarmawan & Samapta Malang AKP Bambang Kapolsek Sidik Achmadi, membantah memberikan perintah tembak gas air mata di tribun Stadion Kanjuruhan.
Hal itu terungkap saat menjadi saksi dalam persidangan dua terdakwa Tragedi Kanjuruhan, Ketua Panpel Arema FC, Abdul Haris, dan Satpam Suko Sutrisno.
Hasdarmawan mengungkapkan, dalam pertandingan Arema FC melawan Persebaya, kelompoknya mendapat perintah dari Polda Jatim untuk membantu Polres Malang mengamankan pertandingan.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Sebanyak 90 tentara dikerahkan. Dari jumlah itu, sembilan membawa senjata gas air mata.
“Saya adalah anggota saya seluler dari pintu ke pintu, tetapi keamanan tidak di pintu tetapi di sektor. 75 menit Kasi Ops kami baru saja melanjutkan [ke dalam stadion],” kata Hasdarmawan di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Kamis (26/1).
Bencana muncul setelah permainan selesai. Hasdarmawan mengatakan, saat itu banyak penonton yang mulai memasuki lapangan. Pengawas pertandingan dia bahkan mencoba melarikan diri.
Namun situasi semakin tidak terkendali, masyarakat mulai menyerang dengan melempari batu dan botol.
Hasdarmawan dan pasukannya mulai mengejar para penonton di seberang lapangan, dimulai dengan peringatan. Tapi itu diabaikan.
Hingga akhirnya ia mengerahkan pasukannya di sisi selatan lapangan. Termasuk sembilan anggota yang membawa senjata gas air mata.
“Karena penyerangan itu banyak tembakan. Saya sudah perintahkan anggota untuk bersiap menembak senjata gas persiapan menembak! Taruh pelurunya di pistol!'” ujarnya menjawab pertanyaan jaksa.
Dalam kesaksiannya, Hasdarmawan mengaku memerintahkan sembilan anggotanya ditembak masing-masing empat kali. Menurut jaksa, total 36 tembakan dilepaskan.
“Kalau habis semua, ya [36 kali tembakan di dalam stadion],” dia berkata.
Namun dari puluhan tembakan yang ditembakkan, ia menolak dan memerintahkan anggotanya untuk mengarahkan gas air mata ke arah tribun penonton. Arah tembakan, menurut dia, disesuaikan dengan arah ancaman. Amunisi yang dikeluarkan berwarna merah, biru, dan perak.
“Diri sendiri [perintah arahkan tembakan gas air mata] mereka tidak ada di tribun. [Arah tembakan] sesuai ancamannya,” kata Hasdarmawan.
Hal itu, kata Hasdarmawan, dilakukannya tanpa perintah siapa pun. Dia bilang dia sudah mencoba menghubungi bosnya.
“Saya coba hubungi HT cilik Kabag Ops AKP Daryono, tapi tidak ada tanggapan,” ujarnya.
Usai menembakkan gas air mata di dalam stadion, Hardarmawan dan pasukannya kemudian keluar membantu mengevakuasi mobil Baraccuda yang ditumpangi Persebaya. Saat itu, dia mengaku telah memerintahkan anak buahnya melepaskan dua kali tembakan, untuk membubarkan massa yang melakukan blokade.
Sementara itu, terdakwa Kasat Samapta Polres Malang AKP Bambang Sidik Achmadi mengatakan, awalnya 29 orang stafnya bertugas mengawal pemain dan ofisial Persebaya dari hotel menuju stadion.
Saat peluit panjang pertandingan dibunyikan, mereka kemudian menyelamatkan para pemain Persebaya yang sedang berlari menuju ruang ganti. Saat itu, sejumlah penonton mulai menyerang dengan melemparkan batu dan kayu. Pasukannya mengusirnya dengan perisai.
“Saat pemain Persebaya dilempari batu, kami melakukan perlindungan dengan tameng yang diletakkan di atas kepala kami, yang sudah ada lemparan, jadi sudah ada lemparan di lapangan yang mengarah ke terowongan,” kata Bambang.
Namun serangan terus berlanjut. Mereka terus berusaha bertahan agar tidak ada penonton yang masuk ke koridor ruang ganti.
Namun, kata Bambang, mereka terus diperas. Beberapa anggotanya terluka. Dia juga menahbiskan dua anggotanya
“Keanggotaan kami terbatas 29 orang, banyak yang luka-luka. Akhirnya saya suruh dua anggota saya gas air mata,” ujarnya.
Lima putaran, dua merah dan tiga kuning. Ia pun memerintahkan anak buahnya untuk menembak ke arah tengah lapangan.
“Saya melihat sisi utara gawang dijejali suporter terbanyak, maka saya perintahkan tembakan ke lapangan tengah. ‘Tembak ke lapangan tengah sekali!’ kata Bambang, memerintahkan anak buahnya tepat waktu.
Bambang juga mengaku tidak tahu sebelumnya apakah dia dan pasukannya atau Brimob yang menembakkan gas air mata saat kejadian.
“Kami tidak tahu, kami tidak melihat, yang kami tahu kami diserang. Kalau kami tidak menembakkan gas air mata, pertahanan kami akan runtuh, masih ada pemain Arema dan Persebaya di dalam,” katanya. menyimpulkan.
(frd/isn)
[Gambas:Video CNN]
Source: news.google.com