IHSG di Zona Hijau, saham-saham ini berpotensi menghasilkan uang saat permintaan besi dan baja meningkat - sepakbola.blog
Persija

IHSG di Zona Hijau, saham-saham ini berpotensi menghasilkan uang saat permintaan besi dan baja meningkat

AYOBOGOR.COM — Kinerja sektor baja tahun ini diperkirakan masih memiliki potensi pertumbuhan yang positif. Hal ini seiring dengan meningkatnya permintaan besi dan baja dalam negeri yang masih tinggi.

Permintaan besi dan baja diperkirakan akan meningkat sejalan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Perekonomian nasional yang tumbuh sebesar 5,72 persen y/y pada triwulan III 2022 juga didukung oleh kontribusi ekspor yang kuat dari industri baja.

Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG menguat hari ini dan bergerak ke zona hijau sebesar 0,81% di 6.874,93. Hal ini tentu menjadi pertanda baik bagi para pebisnis.

Chisty Maryani, pakar keuangan Ajaib Sekuritas Asia, mengatakan emiten besi dan baja juga akan terdorong oleh katalis positif. Katalis pertama adalah proyek infrastruktur nasional atau swasta, salah satunya adalah Pembangunan Ibukota Negara (IKN). Proyek ini diperkirakan membutuhkan 9,3 juta ton baja pada tahap 1 dan 2.

Baca Juga: Daftar Harga Tiket Persija Jakarta vs PSM, Lengkap dengan Cara Membelinya!

“Kinerja emiten baja juga akan didukung oleh proyek kendaraan listrik. Saat ini salah satu tujuan pemerintah adalah penggunaan kendaraan listrik,” kata Chisty dikutip Republika.co.id.

Selanjutnya, ada juga pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan, pelabuhan, bandara hingga sektor energi seperti pembangkit listrik, kilang minyak dan gas. Konstruksi lain juga mendukung seperti pembangunan perumahan, apartemen dll.

Terakhir, kebijakan pemerintah Indonesia untuk meningkatkan penggunaan produk dalam negeri (P3DN) dan mengenakan bea masuk anti dumping (BMAD) sebesar 10,5%-12,5% terhadap baja impor juga akan berdampak pada ‘peningkatan konsumsi baja dalam negeri pada tahun masa depan.

Sementara itu, tantangan yang menjadi katalis negatif baja berasal dari menurunnya permintaan global sejalan dengan dampak perlambatan ekonomi global yang diperkirakan mulai awal tahun 2023.

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button
//