M. Ilham, korban tragedi Kanjuruhan yang mengalami patah kaki - sepakbola.blog
Arema FC

M. Ilham, korban tragedi Kanjuruhan yang mengalami patah kaki

TIDAK PERNAH DISEMBUHKAN, TERANCAM PHK OLEH PERUSAHAAN

Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober lalu menjadi mimpi buruk bagi Muhammad Ilham. Karirnya di perusahaan tempatnya bekerja terancam. Sudah 40 hari, kakinya yang patah belum juga sembuh. Masih belum bisa berjalan normal.

INSPIRASI duduk sendiri di sofa rumahnya di Desa Demok RT 13 RW 2, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang, kemarin sore (11/10). Dia sedang menunggu istri dan bayinya meninggalkan rumah. Di samping sofa, sepasang kruk bersandar di dinding. Sesekali ia melihat ke kaki kirinya.

Ada jahitan bedah di kaki yang melintang sekitar 15 cm.

Ilham mengungkapkan bahwa dirinya harus menjalani operasi pada 2 Oktober karena cedera pada kaki kirinya. Kaki kirinya tersangkut di tangga yang telah dipagari di Gerbang 13 Stadion Kanjuruhan saat tragedi Kanjuruhan. Karena sulit untuk melepaskan diri dari pagar, kaki kirinya secara alami patah. Akibatnya, Ilham tidak bisa melakukan aktivitas normal, termasuk bekerja.

Pria Desa Sengguruh Kabupaten Malang ini menjelaskan, menonton pertandingan Arema FC sudah menjadi hobinya sejak kecil. Dia secara teratur bergabung dengan Arema FC. Terjauh adalah saat klub Singo Edan berlaga di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta. Kebiasaan ini berlanjut hingga ia menikah dengan Dinda Rosila Dia dan memiliki seorang putra bernama Sean Putra Arema.

“Saat masih pacaran, aku melihat mereka. Tapi, sejak aku menikah hanya dengan melihat pertandingan yang bagus seperti kemarin melawan Persebaya,” ujarnya.

Pada laga melawan Persebaya pada 1 Oktober lalu, Ilham berangkat bersama 27 rekannya mulai pukul 17.00 WIB. Mereka berasal dari Desa Demok dan Desa Sengguruh. Di booth ke-13, ia terlihat bersama salah satu temannya bernama April. Pertandingan berjalan lancar hingga pukul 22.00 WIB.

Lima belas menit setelah pertandingan berakhir, kerusuhan pun dimulai. Di tribun tempat dia berada menjadi sasaran gas air mata. Terkena gas air mata, Ilham dan April kabur ke pintu 13 sambil memejamkan mata.

Sayangnya, saat sampai di tangga berpagar besi yang lebarnya sekitar 4 meter, kaki Ilham terpeleset di antara lubang besi tersebut. Karena banyak dorongan, Ilham jatuh bersama pagar besi. Sedangkan kakinya tetap tertancap hingga patah. Belum lagi, tubuhnya diremukkan puluhan korban lainnya. Bahkan, saat terjebak ia merasa salah satu korban sudah tidak bernafas.

“Saya tidak bisa berbuat apa-apa karena kaki saya pegal dan sesak. Ditambah lagi, pintunya tertutup. Ditambah lagi, saya juga harus memastikan April aman,” jelasnya.

Setelah kondisi tenang, tim penyelamat perlahan menyelamatkan para korban yang terjebak. Termasuk Ilham dan April. Pukul 00:30 WIB, dia baru pulang dengan kaki patah. Namun, pria berusia 25 tahun itu baru dirawat di rumah sakit pada 2 Oktober. Dia pergi ke rumah sakit Hasta Husada untuk perawatan dan menjalani operasi.

“Awalnya saya pergi ke klinik Jayakusuma. Klinik disarankan ke RS Hasta Husada atau RSPAD Soepraoen karena RS lain sudah penuh,” imbuhnya.

Perawatannya tidak lama. Pada 4 Oktober, Ilham diizinkan pulang. Namun, kecelakaan yang menewaskan 135 orang itu masih menghantui Ilham.

Agar tidak terus membayangkan, sekembalinya dari rumah sakit Ilham minta diantar ke stadion Kanjuruhan meski kakinya masih sakit. Ketika dia sampai di stadion, dia tertatih-tatih dengan tongkat. Di depan pintu 13, Ilham hanya bisa terdiam dan duduk diam. Ia tak menyangka akan kembali terlibat huru hara seperti yang dilakukannya pada 2018 silam dalam laga Arema FC melawan Persib. Selain itu, itu bahkan lebih buruk.

Akibat patah kaki, Ilham tidak bisa bekerja. Perusahaan tempat dia bekerja memberinya waktu satu bulan untuk pulih. Apalagi dia terpaksa pergi. Bahkan, dokter memperkirakan Ilham hanya bisa berjalan ringan tiga bulan setelah perawatan. Meski pihak desa telah membantunya berkoordinasi dengan perusahaan, namun sejauh ini tempat kerjanya belum memberikan tanggapan yang berarti.

“Belum ada rencana ke depan. Tapi kalau sudah tidak bisa kerja di sana lagi, mungkin saya akan pergi bersama mertua ke Jakarta. Di sana, mertua saya jualan soto,” ujarnya.

Beberapa saat kemudian, istri Ilham, Dinda, tiba di rumah setelah pergi bersama putranya, Sean. Di koran ini, Dinda juga membagikan kisahnya. Dinda mengaku mendapat kabar bahwa Ilham menjadi salah satu korbannya pada pukul 02.00 WIB.

Saat mengetahui suaminya menjadi korban, ia langsung dijemput temannya untuk pergi ke stadion Kanjuruhan. Ia juga diberitahu bahwa adik sepupunya, Riyang Ambarwati, juga menjadi korban. Sayangnya, Riyang ditemukan tewas.

“Pada saat itu, kami sebenarnya ingin melakukan tiga. Namun, saya merasa tidak enak karena lawannya adalah Bonek (Persebaya). Jadi takut ricuh,” jelas Dinda.

Pada akhirnya, hanya Ilham dan teman-temannya yang tersisa. Sebelum berangkat, Ilham sempat berpesan jika tidak pulang, ia akan langsung bekerja. Ternyata korban adalah suaminya. Namun, wanita berusia 21 tahun itu bersyukur Ilham selamat.

Kini, mereka hanya bisa pasrah dengan nasib karya Ilham. Juga, Dinda tidak bekerja. Yang terpenting bagi mereka sekarang adalah kesembuhan Ilham. (abm)

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button
//