Moh. Bilal, korban tenggelam di Sungai Jungcangcang di mata Guru - sepakbola.blog
Arema FC

Moh. Bilal, korban tenggelam di Sungai Jungcangcang di mata Guru

Moh. Bilal sedang berada di sekolah saat kejadian nahas itu terjadi pada Selasa (29/11). Namun, bocah delapan tahun itu tidak enak badan. Kemudian, orang tuanya memintanya untuk tidak pergi ke sekolah.

perpanjangan Kemenkes. IQBAL AFGHAN, Pamekasan, Jawa Pos Radar Madura

KECELAKAAN yang mengambil nyawa Moh. Bilal, siswa SDN Jungcangcang 8, masih merasakan sakit yang mendalam. Tak hanya kerabat, sekolah tempat ia belajar pun merasakan kerugian. Bilal harus menghembuskan nafasnya saat masih duduk di bangku kelas dua sekolah dasar.

Tak ada yang percaya ketika bocah itu dan adiknya, Ach. Maulana Yusuf, akan tenggelam. Guru hanya tahu Bilal tidak boleh sekolah karena kurang fit. Kabar yang dibawa warga tersebut tentu saja mengejutkan seisi sekolah.

“Awalnya saya tidak percaya. Karena cuti sakit. Jadi ketika guru mendapat kabar, mereka langsung pergi ke tempat itu. Tidak terlalu jauh dari sekolah,” kata guru kelas II di SDN Jungcangcang 8 Indah Novianti rapat kemarin (30/11) di aula guru.

Sebelum acara, dia tidak punya firasat. Bilal masih asyik bercanda dengan teman sekelasnya, Senin (28/11). Indah tak menyangka momen ini menjadi kenangan terakhirnya bersama muridnya.

Memang, Sabtu (26/11), kelas II mendapat tugas seni. Yakni, tempelkan daun kering ke dalam sketsa gambar ikan. Pada Senin (28/11), tugas akan diserahkan. “Kalau saat itu dia tidak melakukan tugasnya dengan baik dengan kedok lupa,” ujarnya.

– Iklan –

Sayangnya, tugas seni yang diberikan guru kepada Bilal tidak pernah diambil. Bocah ceria itu kini telah menghadap Sang Pencipta. Ia tenggelam saat berusaha menolong adiknya yang terpeleset di depannya ke dalam Sungai Jungcangcang, sekitar 200 meter dari tempat tinggalnya.

Semua guru tahu bahwa dia adalah siswa yang paling rajin di sekolah. Setiap hari datang sebelum kelas dimulai. Setiap kali mendapat perintah dari gurunya, Bilal tidak pernah membantah atau menolak. Hal-hal kecil itulah yang membuat Bilal sulit untuk dilupakan.

“Saat itu Bilal masih kesulitan membaca dan menulis. Maklum, Bilal belum pernah mengenyam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Tapi dia anak yang rajin dan mau belajar,” imbuhnya.

Bagi guru kedua anak itu, Bilal tak hanya dikenal rajin, tapi juga terlihat penyayang. Apalagi untuk adik perempuan satu-satunya. “Alasan dia tidak sekolah karena dia merawat adik laki-lakinya. Ayah dan ibu Benar bekerja sama,” lanjutnya.

Kepala SDN Jungcangcang 8 Mohammad Amin juga sependapat. Selain rajin, bocah itu juga suka menyanyikan lagu-lagu sepak bola. Tim favoritnya adalah Arema FC. Saat santai, Bilal sesekali menyanyikan lagu kebanggaan klub dengan nama panggilan Lajang gila itu.

“Kami mengajak seluruh guru untuk memberikan penghormatan kepada rumah duka. Kita telah kehilangan sosok Bilal. Semoga Allah mengangkat derajat kedua adik ini dan memberikan ketabahan bagi keluarga,” ujarnya.

Sebagai bentuk penghormatan, pihak sekolah membacakan yasin dan tahlil yang dilaksanakan secara rutin selama tujuh hari sebelum jam pelajaran dimulai. “Bilal adalah murid kami yang rajin dan berbakti kepada guru,” pungkasnya. (*/han)

Source: news.google.com

Related Articles

Back to top button